Pontianak, Kota Khatulistiwa


Kota Pontianak adalah Ibu Kota Provinsi Kalimantan Barat, salah satu Provinsi di Indonesia. Kota Pontianak dikenal juga dengan sebutan “Khun Tien” nama yang diberikan oleh Etnis Tionghoa Pontianak.
Pontianak yang terkenal dengan Kota Khatulistiwa karena dilalui oleh garis lintang 0, Di bagian utara Kota Pontianak Tepatnya di Siantan berdiri Tugu Khatulistiwa sebagai tonggak garis ekuator yang di bangun pada tahun 1928 oleh seorang seorang ahli geografi yang berasal dari Belanda. Setiap 2 tahun sekali tepatnya tanggal 21-23 Maret dan 21-23 September matahari siang akan berada tepat diatas kepala anda, sehingga membuat tugu dan benda disekitarnya tidak memiliki bayangan.
Selain terkenal akan Tugu Khatulistiwa-nya, Pontianak juga dilalui oleh sungai terpanjang di Indonesia yaitu Sungai Kapuas dan Sungai Landak yang kemudian di abadikan oleh pemerintah daerah setempat sebagi lambang kota Pontianak.


Sejarah
            Nama Pontianak erat kaitannya dengan sejarah berdirinya kota ini. Menurut cerita rakyat nama Pontianak diambil dari nama Kuntilanak, yaitu sebuatan untuk hantu gentayangan yang mati karena melahirkan.
Terdapat dua versi sejarah kota Pontianak diantaranya adalah cerita yang banyak dipercaya oleh penduduk Pontianak dan sejarah Pontianak menurut VJ. Verth seorang berkebangsaan belanda yang tertuang dalam bukunya “Borneos Wester Afdeling”.


         Pontianak berdiri pada 23 Oktober 1771 atau 14 Rajab 1185 Hijriah Syarif Abdurrahman Alqadrie. Menurut cerita rakyat yang beredar, pada saat itu Syarif Abdurrahman Alqadrie yang berpetualang untuk mencari tempat membuka pemukiman baru sering di ganggu oleh Kuntilanak, untuk mengusir hantu itu Syarif Abdurrahman Alqadrie pun melepaskan tembakan meriam sekaligus menjadikan tempat jatuhnya peluru meriam sebagai tempat pemukiman yang akan didirikan, Tepatnya di persimpangan antara Sungai Kapuas Besar dan Sungai landak serta Sungai Kapuas Kecil.

Sedangkan sejarah berdirinya kota Pontianak yang dituliskan oleh seorang sejarawan Belanda, VJ. Verth dalam bukunya yang berjudul “Borneos Wester Afdeling” menceritakan bahwa Belanda mulai masuk ke Pontianak tahun 1194 Hijriah (1773 Masehi) dari Batavia. Verth menulis bahwa Syarif Abdurrahman Alqadrie adalah seorang putra ulama yaitu Syarif Hussein bin Ahmed Alqadrie dikenal juga dengan Al Habib Husin. Syarif Abdurrahman Alqadrie mulai merantau meninggalkan Kerajaan Mempawah. Sebuah kerjaan di wilayah Banjarmasin, ia menikah dengan adik sultan Banjar Sunan Nata Alam dan dilantik menjadi Pangeran.

Sedangkan sejarah berdirinya kota Pontianak yang dituliskan oleh seorang sejarawan Belanda, VJ. Verth dalam bukunya yang berjudul “Borneos Wester Afdeling” menceritakan bahwa Belanda mulai masuk ke Pontianak tahun 1194 Hijriah (1773 Masehi) dari Batavia. Verth menulis bahwa Syarif Abdurrahman Alqadrie adalah seorang putra ulama yaitu Syarif Hussein bin Ahmed Alqadrie dikenal juga dengan Al Habib Husin. Syarif Abdurrahman Alqadrie mulai merantau meninggalkan Kerajaan Mempawah. Sebuah kerjaan di wilayah Banjarmasin, ia menikah dengan adik sultan Banjar Sunan Nata Alam dan dilantik menjadi Pangeran.
Setelah Syarif Abdurrahman Alqadrie menjadi seorang kaya, ia kemudian mencoba mendirikan pemukiman di sebuah pulau di Sungai Kapuas. Setelah melakukan petualangan panjang menyusiri sungai Kapuas ia menemukan percabangan Sungai Kapuas, Sungai Landak dan Sungai Kapuas Kecil kemudian menetapkannya sebagai pemukiman baru dan pusat perdagangan yang diberi nama Pontianak.

Tahun 1192 Hijriah, Syarif Abdurrahman Alkadrie dinobatkan sebagai Sultan Pontianak Pertama. Letak pusat pemerintahan ditandai dengan berdirinya Mesjid Raya Sultan Abdurrahman Alkadrie dan Istana Kadariah, yang sekarang terletak di Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur.
Kebudayaan

Dengan keanekaragaman suku yang ada yaitu Tionghoa, Melayu serta Dayak, kota Pontianak memiliki berbagai macam budaya yang berbeda. Suku Dayak misalnya, memiliki budaya yang disebut Gawai, yang merupakan pesta syukur atas kelimpahan panen. Sedangkan masyarakat dari suku Tionghoa memiliki kegiatan pesta tahun baru Imlek, Cap Go Meh dan perayaan sembahyang kubur (Cheng Beng atau Kuo Ciet) yang memiliki nilai atraktif turis.
Selain itu, di Pontianak juga terdapat beberapa Event Budaya yang menjadi daya tarik tersendiri dan mampu mendatangkan wisatawan baik nusantara maupun dari mancanegara.
kota pontianak kalimantan barat
Festival Budaya Bumi Khatulistiwa, merupakan festival yang diadakan setiap 2 tahun sekali pada tanggal 21 sampai 25 maret pada tahun penyelenggaraannya. Dengan mengundang beberapa daerah lain yang ada dipulau Kalimantan dan Sumatera. Dan yang menarik, pada festival ini dirangkaikan juga dengan peristiwa alam yang tejadi di Kota Pontianak yaitu kulminasi matahari. Lomba Dayung Hias dan tradisional merupakan perlombaan sampan-sampan tradisional yang dihiasi ornamen-ornamen budaya masing-masing daerah. Festival ini pertama kali diadakan pada tahun 1997.
Geografis, Bentang Alam dan Ekonomi

Kota Pontianak terletak pada garis lintang 0 derajat bertepatan dengan garis Khatulistiwa dan 109 derajat, 20 menit, 00 detik Bujur Timur. Dengan garis lintang yang melewati Kota Pontianak membuat daerah ini beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi antara 3.000-4.000 mm pertahun yang jatuh pada bulan Mei hingga Oktober menyebabkan hutannya di tumbuhi berbagai pepohonan yang tumbuh subur. Suhu rata-rata yang dimiliki daerah ini antara 28 C-30 C pada siang hari suhu bahkan mencapai lebih dari 32 C.


Keadaan cuaca yang menguntungkan ini pun seakan menjadi berkah tersendiri bagi masyarakatnya yang kebanyakan petani dan pedagang. Pertanian meliputi Ubi, Aloevera (Lidah Buaya), Ubi dan sayur mayur. Pontianak juga menjadi salah satu penghasil Pisang, Nanas dan Nangka.


Disektor perdagangan Kota Pontianak tampak berkembang dengan pesat, ditandai dengan berdirinya Mall dan pusat-pusat perbelanjaan. Seperti Mall Pontianak, Matahari, Ayani Mega Mall Pontianak, Transmart dan lain-lain. Penduduk Kota Pontianak menurut sensus tahun 2000 berjumlah 554.764 jiwa yang terdiri dari berbagai suku diantaranya Melayu, Dayak, Jawa, Madura dan Tionghoa merupakan suku yang banyak menempati kota Pontianak.

Comments

Popular posts from this blog

Telkom University

Kemajuan Teknologi dan Dampak bagi Kehidupan

Teknik Elektro